Pendahuluan: Rezeki, Antara Usaha dan Keimanan
Islam memandang rezeki sebagai karunia dari Allah ﷻ yang harus diperoleh melalui usaha halal dan ketaatan. Namun, Islam juga mengajarkan bahwa dzikir dan ingat kepada Allah bukan hanya menentramkan hati, tapi juga mengundang keberkahan dunia, termasuk dalam urusan harta.
Kisah sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang menjadi kaya karena dzikir bukanlah dongeng, melainkan teladan nyata bahwa ketaatan spiritual bisa menjadi sebab datangnya kelimpahan materi.
Dzikir: Sumber Ketenangan dan Kelapangan Rezeki
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang."
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Dzikir bukan hanya untuk akhirat. Dzikir mendatangkan ketenangan, dan dari ketenangan lahir ketajaman hati dalam mengambil keputusan, semangat kerja, serta keberanian dalam bertindak—semua itu adalah kunci rezeki.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari setiap kesempitan, kelapangan dari setiap kesusahan, dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud – hasan)
Kisah Inspiratif: Abdurrahman bin Auf – Pengusaha Dermawan dari Surga
Latar Belakang Sosoknya
Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu adalah salah satu sahabat Rasulullah ﷺ yang terkenal kaya raya, namun juga zuhud dan dermawan. Ia termasuk dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga (Al-‘Asyratul Mubasy-syarin).
Namun, kekayaannya bukan datang dari kemewahan dunia semata. Justru semangat dzikir, tawakal, dan keberkahan dari Allah-lah yang membuat usahanya terus berkembang.
Kisah Saat Hijrah: Berangkat Tanpa Harta
Saat hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf datang tanpa membawa harta apapun. Semua kekayaannya ditinggalkan di Makkah. Ketika sampai di Madinah, Rasulullah ﷺ mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Rabi’, salah seorang sahabat kaya Madinah.
Sa’ad menawarkan separuh hartanya kepada Abdurrahman, namun dengan tawadhu’ dan adab luar biasa, ia menjawab:
“Semoga Allah memberkahi engkau dan hartamu. Tunjukkan saja di mana pasar, aku akan berdagang.”
(HR. Bukhari no. 2048)
Di sinilah letak keajaiban. Dengan berbekal dzikir, kejujuran, dan keyakinan kepada Allah, ia mulai berdagang kecil-kecilan, membeli dan menjual barang. Tidak lama kemudian, usahanya berkembang dan ia menjadi saudagar sukses.
Kunci Sukses Abdurrahman bin Auf: Dzikir, Jujur, dan Tawakal
Kesuksesan Abdurrahman bukan semata karena kecerdasan bisnis, tapi karena kekuatan hati yang penuh dzikir dan keyakinan pada janji Allah.
Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa beliau tidak pernah melewatkan satu pagi pun kecuali berdzikir dan bersedekah, bahkan saat hartanya belum banyak.
“Sesungguhnya Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.”
(HR. Muslim no. 2699)
Ia membantu para sahabat, ikut membiayai pasukan dalam Perang Tabuk dengan 500 ekor kuda dan 1500 unta—semua dari harta pribadi.
Dzikir yang Diamalkan Para Sahabat untuk Rezeki
Para sahabat Rasulullah ﷺ tidak hanya berdagang atau bertani, tapi mereka mengiringi usaha mereka dengan dzikir-dzikir harian, antara lain:
1. Istighfar
"Astaghfirullah"
Dibaca 100 kali setiap pagi dan sore.
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. Niscaya Dia akan memberikan kenikmatan yang baik (berupa rezeki) kepada kalian sampai waktu yang ditentukan.”
(QS. Hud: 3)
2. Sholawat kepada Nabi ﷺ
"Allahumma shalli ‘ala Muhammad"
Diamalkan sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah. Dalam hadits disebutkan:
“Perbanyaklah sholawat kepadaku, niscaya Allah akan mencukupi kebutuhan dunia dan akhiratmu.”
(HR. Al-Baihaqi – hasan)
3. Doa Rezeki
"Allahumma inni as’aluka rizqan thayyiban, wa ‘ilman naafi’an, wa ‘amalan mutaqabbalan"
Dibaca usai salat Subuh.
Kekayaan yang Menjadi Jalan ke Surga
Meskipun kaya, Abdurrahman bin Auf tidak silau dunia. Ia tetap bersahaja dan tak pernah merasa memiliki apa pun dari hartanya.
Dalam satu kesempatan, ia menyumbangkan seluruh hartanya hingga hanya menyisakan sedikit untuk keluarganya. Ia juga ikut dalam peperangan besar dan terluka demi Islam.
Ketika meninggal dunia, warisannya mencapai 3,200,000 dinar (setara miliaran rupiah sekarang). Namun yang lebih mulia, ia meninggal dalam keadaan tenang dan diridhai Allah dan Rasul-Nya.
Pelajaran dari Kisah Abdurrahman bin Auf
-
Dzikir bukan penghalang dunia, tapi pembuka rezeki.
Ia berangkat dari nol, namun dzikir dan tawakal kepada Allah membuka jalan keberhasilan. -
Kekayaan tidak menjauhkan dari akhirat jika disertai niat ikhlas.
Beliau tetap berdzikir, berinfak, dan menolong agama Allah dengan hartanya. -
Jujur dalam usaha adalah kunci keberkahan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Penjual dan pembeli punya hak memilih selama belum berpisah. Jika keduanya jujur, maka akan diberkahi transaksi mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim) -
Tidak menggantungkan pada makhluk.
Saat ditawari harta, ia menolak dan berkata, “Tunjukkan di mana pasar.” Itulah keteguhan hati seorang mukmin sejati.
Dzikir dan Rezeki: Keterkaitan yang Hakiki
Banyak orang hari ini bekerja keras siang malam, namun merasa rezeki tak kunjung cukup. Bisa jadi yang kurang bukan pada sisi usaha, melainkan hati yang lupa berdzikir.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka.”
(QS. At-Talaq: 2-3)
Ketika lisan dibasahi dengan dzikir, hati pun bersih, pikiran jernih, keputusan bisnis menjadi tepat, dan semua itu mengundang rezeki serta keberkahan.
Penutup: Jadikan Dzikir sebagai Kunci Sukses Sejati
Kisah Abdurrahman bin Auf bukan sekadar sejarah. Ia adalah panduan nyata bahwa kekayaan dan spiritualitas bisa berjalan beriringan. Dengan dzikir, seseorang memperkuat hubungan dengan Allah, dan dari hubungan itulah lahir ketenangan, arah, dan kelapangan rezeki.
Maka jika hari ini engkau sedang menjemput rezeki, jangan lupa untuk mengiringinya dengan dzikir harian. Bisa jadi, rezeki yang engkau tunggu bukan tertahan di langit, tapi belum turun karena hati belum menengadah kepada-Nya.
Semoga kita semua dapat meneladani para sahabat mulia seperti Abdurrahman bin Auf: kaya karena dzikir, mulia karena iman, dan masuk surga karena amal. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar