Amalan Lisan Penghapus Dosa dan Penarik Harta

 

Pendahuluan: Lisan Kecil, Dampak Besar

Lisan adalah bagian tubuh manusia yang kecil, namun memiliki dampak besar dalam kehidupan dunia dan akhirat. Melalui lisan, seseorang bisa memperoleh pahala yang luar biasa, atau sebaliknya, terjerumus dalam dosa yang dalam. Rasulullah ﷺ menekankan pentingnya menjaga dan memanfaatkan lisan dalam kebaikan, terutama dalam berdzikir kepada Allah ﷻ.

Di antara banyak amal yang dianjurkan dalam Islam, amalan lisan memiliki keistimewaan tersendiri. Selain ringan dilakukan, ia memiliki keutamaan menghapus dosa dan mendatangkan rezeki yang halal dan berkah, jika dilakukan dengan niat dan hati yang benar.


Dua Keutamaan dalam Satu Amalan

Islam adalah agama yang memadukan kebaikan dunia dan akhirat. Amalan dzikir lisan tidak hanya bernilai ibadah, namun juga menjadi penarik rezeki dari arah yang tidak disangka. Maka, siapa pun yang ingin memperoleh pengampunan dosa sekaligus kelapangan hidup, sangat dianjurkan untuk mengamalkan dzikir-dzikir yang diajarkan Rasulullah ﷺ.


Amalan Lisan yang Menghapus Dosa

1. Istighfar

"Astaghfirullah"

Salah satu dzikir paling agung adalah istighfar. Rasulullah ﷺ yang ma’shum (terjaga dari dosa), beristighfar lebih dari 70 kali sehari.

“Demi Allah, sungguh aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.”
(HR. Bukhari no. 6307)

Allah ﷻ berfirman:

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (rezeki) kepadamu hingga waktu yang ditentukan.”
(QS. Hud: 3)

Manfaat Istighfar:

  • Menghapus dosa-dosa kecil

  • Mengundang pertolongan dan keberkahan

  • Menyebabkan turunnya hujan dan melimpahnya harta
    (lihat QS. Nuh: 10–12)


2. Tahlil

"Laa ilaaha illallah"

Ucapan tauhid ini adalah fondasi keimanan. Siapa yang mengucapkannya dengan hati yang tulus, maka ia mendapatkan ampunan dan surga.

“Barang siapa yang mengucapkan 'Laa ilaaha illallah', niscaya akan masuk surga.”
(HR. Muslim no. 26)

Bacaan ini juga merupakan dzikir yang paling berat di timbangan amal. Diriwayatkan:

“Kalimat yang paling dicintai Allah adalah: 'Subhanallahi wa bihamdihi, laa ilaaha illallah, wallahu akbar.'”
(HR. Muslim)


3. Sholawat kepada Nabi ﷺ

"Allahumma shalli ‘ala Muhammad"

Sholawat adalah amalan lisan yang mendatangkan ampunan dan keberkahan. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat (memberi rahmat) kepadanya sepuluh kali.”
(HR. Muslim no. 408)

Sholawat juga termasuk dzikir yang bisa melapangkan urusan, mempercepat hajat, dan menarik rezeki.


Amalan Lisan yang Menarik Harta dan Rezeki

1. Dzikir: "Subhanallah wa bihamdihi"

Dzikir ini ringan diucapkan, namun sangat berat di timbangan amal.

“Barang siapa membaca ‘Subhanallah wa bihamdihi’ 100 kali dalam sehari, maka dosanya akan dihapus meski sebanyak buih di lautan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam keutamaan lainnya, dzikir ini disebut sebagai penyubur rezeki, karena ia memperbanyak pujian kepada Allah dan membuka jalan rahmat-Nya.


2. Membaca Surat Al-Waqi’ah

Walau bukan termasuk dzikir pendek, namun membaca surat ini secara rutin, terutama di malam hari, telah menjadi amalan sahabat dan para salaf sebagai penarik rezeki.

Ibn Mas’ud berkata:

“Barang siapa membaca surat Al-Waqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan tertimpa kefakiran.”
(HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman – hasan)


3. Doa Nabi Musa ‘alaihissalam

"Rabbi innî limâ anzalta ilayya min khairin faqîr."
“Ya Rabbku, sesungguhnya aku sangat membutuhkan segala kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.”
(QS. Al-Qashash: 24)

Doa ini diucapkan Nabi Musa saat dalam kondisi sulit dan tak berdaya. Tak lama setelah berdoa, Allah kirimkan rezeki berupa tempat tinggal, istri, dan pekerjaan yang halal.

Doa ini menunjukkan bahwa lisan yang berserah dan berharap kepada Allah adalah magnet rezeki yang luar biasa.


Adab dalam Berdzikir agar Menjadi Sebab Rezeki

Agar amalan lisan berdampak maksimal, perhatikan adab berikut:

  1. Ikhlas dan tidak sekadar rutinitas.
    Bacalah dengan hati yang hadir, bukan sekadar gerakan mulut.

  2. Berwudhu dan suci saat berdzikir.
    Meskipun dzikir boleh kapan saja, berwudhu menambah keutamaan.

  3. Pagi dan petang waktu utama.
    Rasulullah ﷺ menyukai dzikir pagi dan sore, seperti dalam dzikir Al-Ma’tsurat.

  4. Perbanyak saat lapang maupun sempit.
    Semakin banyak dzikir, semakin terbuka jalan keluar dari kesempitan hidup.


Hikmah dan Keberkahan Amalan Lisan

Seseorang yang rajin berdzikir akan merasakan:

  • Hatinya tenang meskipun masalah datang

  • Rezekinya tercukupi meskipun usahanya biasa

  • Dihormati orang lain karena wajahnya berseri

  • Dijaga dari maksiat dan tipu daya dunia

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabb-nya dengan orang yang tidak berdzikir seperti orang hidup dan orang mati.”
(HR. Bukhari no. 6407)


Keseimbangan antara Dzikir dan Usaha

Amalan lisan bukan pengganti kerja keras, melainkan pelengkap yang mengundang keberkahan.

Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhuma adalah sahabat kaya yang tak pernah lepas dari dzikir, namun tetap berdagang dan bersedekah besar.

Inilah yang diajarkan Islam: usaha dan dzikir berjalan beriringan. Rezeki bukan semata hasil kerja, tapi juga buah dari hubungan yang kuat dengan Allah.


Penutup: Lisan yang Terus Berdzikir, Hidup yang Penuh Berkah

Amalan lisan seperti istighfar, tahlil, sholawat, dan doa-doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ adalah senjata ruhani yang ampuh. Dengannya, dosa-dosa terhapus, hati bersih, dan rezeki mengalir dari arah yang tidak disangka.

Tak butuh modal besar, tak perlu tempat khusus. Hanya lisan yang basah, hati yang sadar, dan niat yang ikhlas. Itulah jalan ringan namun dahsyat menuju keberkahan.

Mari jadikan dzikir sebagai bagian dari hidup kita. Di sela kesibukan, di perjalanan, sebelum tidur, atau saat bangun pagi—selalu ada ruang untuk mengingat Allah dan memohon kemurahan-Nya.

“Maka ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian kufur.”
(QS. Al-Baqarah: 152)

Komentar